Di tahun 1916, seorang remaja berumur 17 tahun, Percy Lavon Julian,
cucu bekas seorang budak, melakukan perjalanan dari Montgomery di negara
bagian Alabama ke Greencastle, Indiana untuk memulai pendidikan
tingginya di Universitas DePauw. Walau kesiapannya untuk kuliah seadanya
saja — kurangnya pendidikan dasar untuk orang-orang hitam Amerika kala
itu membuatnya terpaksa harus mengambil ulang banyak kursus-kursus dasar
ketika di DePauw — kimiawan ini lulus dengan nilai tertinggi di
angkatannya. Julian lantas melanjutkan perjalanan hidupnya dan di
kemudian hari berhasil mensintesis obat untuk penyakit glaukoma dan cortisone untuk rheumatoid arthritis.
Walaupun Julian lulus dengan nilai sangat baik, dia tidak dapat
meneruskan pendidikannya ke jenjang pasca sarjana ataupun mendapatkan
pekerjaan di laboratorium industri karena rasnya. Julian hanya berhasil
menjadi guru kimia di Universitas Fisk di Nashville, negara bagian
Tennesse. Dua tahun kemudian, dia meneruskan studinya ke Universitas
Harvard untuk belajar biofisika dan kimia organik. Dia mendapatkan gelar
master di tahun 1923, dan sekali lagi ditolak menjadi dosen di
mana-mana. Setelah mengajar di West Virginia State College dan
Universitas Howard, dia mendapatkan dana dari Yayasan Rockefeller untuk
meraih gelar S3-nya. Dia lantas memilih Universitas Vienna di Austria
di mana dia menjadi tertarik kepada kimia produk-produk natural.
Julian kembali ke DePauw di tahun 1932 dengan seorang kolega dari Vienna
untuk mengepalai sebuah program riset baru untuk para mahasiswa kimia
organik. Salah satu masalah yang grup tersebut coba pecahkan adalah
bagaimana mensintesis physostigmine, sebuah obat yang digunakan untuk menyembuhkan glaukoma yang pada saat itu hanya dapat diambil dari kacang Calabar.
Mereka berpacu dengan waktu dan grup lain dari Universitas Oxford untuk
mensintesis obat yang sulit didapatkan ini. Julia berhasil melakukannya
di tahun 1935 dan namanya mencuat di kalangan para ilmuwan
internasional. Walaupun begitu, Universitas DePauw masih menolak
memberikannya posisi sebagai dosen.
Karena frustasi, Julian
meninggalkan dunia akademik setahun berikutnya dan menjadi direktur
riset untuk produk-produk kacang kedelai di perusahaan Glidden di
Chicago. Di sana dia menemukan penemuannya yang terpenting. Di tahun
1948, Julian mendengar kabar para saintis di Klinik Mayo (salah satu
klinik pengobatan terkenal di AS) telah menemukan suatu bahan yang dapat
menyembuhkan penyakit rheumathoid arthritis. Karena bahan tersebut
sebuah steroid, kelas bahan-bahan kimia yang Julian kuasai, dia lantas
cepat-cepat mencoba mensintesisnya. Setelah bekerja setahun dia
berhasil. Berkat hasil jerih payahnyalah obat hydrocortisone sekarang
berada dalam jumlah yang banyak dan harganya terjangkau. Dalam kurun
waktu 25 tahun kemudian, Julian mendirikan dua organisasi riset dan
mencetak 115 paten. Dia tetap menjalin hubungan dengan Universitas
DePauw, perguruan tinggi yang pada awalnya tidak dapat mencarikan dia
kerja. Keberhasilannya yang lain adalah ketika dia diangkat menjadi
anggota National Academy of Science (organisasi bergengsi kumpulan para
ilmuwan berprestasi di AS) di tahun 1973, dua tahun sebelum Julian
menemui ajalnya.
0 komentar:
Posting Komentar