Sabtu, 27 Oktober 2012

Percy Lavon Julian


Foto Percy Lavon Julian
 Di tahun 1916, seorang remaja berumur 17 tahun, Percy Lavon Julian, cucu bekas seorang budak, melakukan perjalanan dari Montgomery di negara bagian Alabama ke Greencastle, Indiana untuk memulai pendidikan tingginya di Universitas DePauw. Walau kesiapannya untuk kuliah seadanya saja — kurangnya pendidikan dasar untuk orang-orang hitam Amerika kala itu membuatnya terpaksa harus mengambil ulang banyak kursus-kursus dasar ketika di DePauw — kimiawan ini lulus dengan nilai tertinggi di angkatannya. Julian lantas melanjutkan perjalanan hidupnya dan di kemudian hari berhasil mensintesis obat untuk penyakit glaukoma dan cortisone untuk rheumatoid arthritis.
Walaupun Julian lulus dengan nilai sangat baik, dia tidak dapat meneruskan pendidikannya ke jenjang pasca sarjana ataupun mendapatkan pekerjaan di laboratorium industri karena rasnya. Julian hanya berhasil menjadi guru kimia di Universitas Fisk di Nashville, negara bagian Tennesse. Dua tahun kemudian, dia meneruskan studinya ke Universitas Harvard untuk belajar biofisika dan kimia organik. Dia mendapatkan gelar master di tahun 1923, dan sekali lagi ditolak menjadi dosen di mana-mana. Setelah mengajar di West Virginia State College dan Universitas Howard, dia mendapatkan dana dari Yayasan Rockefeller untuk meraih gelar S3-nya. Dia lantas memilih Universitas Vienna di Austria di mana dia menjadi tertarik kepada kimia produk-produk natural.
Julian kembali ke DePauw di tahun 1932 dengan seorang kolega dari Vienna untuk mengepalai sebuah program riset baru untuk para mahasiswa kimia organik. Salah satu masalah yang grup tersebut coba pecahkan adalah bagaimana mensintesis physostigmine, sebuah obat yang digunakan untuk menyembuhkan glaukoma yang pada saat itu hanya dapat diambil dari kacang Calabar. Mereka berpacu dengan waktu dan grup lain dari Universitas Oxford untuk mensintesis obat yang sulit didapatkan ini. Julia berhasil melakukannya di tahun 1935 dan namanya mencuat di kalangan para ilmuwan internasional. Walaupun begitu, Universitas DePauw masih menolak memberikannya posisi sebagai dosen.
Karena frustasi, Julian meninggalkan dunia akademik setahun berikutnya dan menjadi direktur riset untuk produk-produk kacang kedelai di perusahaan Glidden di Chicago. Di sana dia menemukan penemuannya yang terpenting. Di tahun 1948, Julian mendengar kabar para saintis di Klinik Mayo (salah satu klinik pengobatan terkenal di AS) telah menemukan suatu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit rheumathoid arthritis. Karena bahan tersebut sebuah steroid, kelas bahan-bahan kimia yang Julian kuasai, dia lantas cepat-cepat mencoba mensintesisnya. Setelah bekerja setahun dia berhasil. Berkat hasil jerih payahnyalah obat hydrocortisone sekarang berada dalam jumlah yang banyak dan harganya terjangkau. Dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, Julian mendirikan dua organisasi riset dan mencetak 115 paten. Dia tetap menjalin hubungan dengan Universitas DePauw, perguruan tinggi yang pada awalnya tidak dapat mencarikan dia kerja. Keberhasilannya yang lain adalah ketika dia diangkat menjadi anggota National Academy of Science (organisasi bergengsi kumpulan para ilmuwan berprestasi di AS) di tahun 1973, dua tahun sebelum Julian menemui ajalnya.

0 komentar:

Posting Komentar