Di
dalam kantornya yang kecil dan sedikit berantakan, ada beberapa map
yang Gertrude Belle Elion simpan dengan baik. Di dalamnya ada
surat-surat berisikan cerita-cerita yang menyentuh hati:
Yth. Doktor Elion:
Terima kasih! Berkat kerja keras Anda, dedikasi Anda yang sangat tinggi, obat penyembuh penyakit reticulum cell sarcoma
anak saya berhasil ditemukan ketika dia berumur 15 tahun. Setelah
menjalani operasi cobaan yang menemukan tumor besar di dalam dan di luar
perutnya dan juga di kandung kencing serta tumor-tumor kecil lainnya di
sekitar perut, dia diramalkan akan meninggal. Tumor-tumornya tidak
pernah diambil dengan cara operasi, tapi ia menjalani terapi
6-mercaptopurine dan prednisone dengan radiasi yang banyak. Sekarang, 17
tahun kemudian, dia sudah bahagia menikah dan menjadi seorang kimiawan.
Saya selalu menanyakan ke Yang Maha Kuasa untuk memberikan bimbingan
dan inspirasi kepada para periset dalam kerja mereka. Sekarang saya tahu
untuk siapa saya berdoa.
Dengan tulus,
Ibunya Jim
Yth Ibu Elion:
Ketika sedang membaca artikel mengenai hadiah Nobel Anda, saya diliputi
perasaan takjub bukan main. Anak lelaki kecil saya dua tahun lalu
didiagnosis mengidap penyakit lymphocytic leukemia. Sejak saat
itu, dia meminum dua pil 6-mercaptopurine setiap malam. Di lingkungan
keluarga kami, obat tersebut dikenal dengan nama 6-MP. Kami sudah lama
bertanya-tanya siapa yang menemukan obat ini. Sekarang kami tahu. Oleh
karena itu, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
atas kontribusi Anda yang telah membantu menyelamatkan satu nyawa
manusia yang sangat dekat dengan saya. Untuk itu, izinkan saya
menyampaikan ungkapan rasa syukur paling mendalam dan yang paling tulus,
terima kasih!
Rabbi P.
Gertrude Elion - Trudy seperti yang
dipanggil oleh kawan-kawannya - menyimpan surat-surat seperti ini karena
isinya sangat menggembirakan hatinya. Untuk Trudy Elion, biokimia
bukanlah ilmu pengetahuan abstrak. Tekadnya untuk menyembuhkan penyakit
selalu mendapat inspirasi dari orang-orang biasa. Menemukan obat-obat
bukan hanya merupakan karir bagi Trudy Elion, tapi merupakan misinya di
dalam hidup.
Elion adalah figur yang unik di riset obat-obatan.
Dia adalah salah satu ilmuwan di industri dan salah satu penerima hadiah
Nobel di bidang sains yang tidak memiliki gelar S3. Risetnya merevolusi
ilmu kedokteran dan cara pembuatan obat. Dia berhasil membuat
transplantasi organ berhasil. Obat-obatnya membantu mentransformasi
penyakit leukemia pada anak kecil dari suatu penyakit yang fatal menjadi
penyakit yang 80% pengidapnya sembuh. Dia juga mengembangkan obat untuk
herpes dan nyeri sendi, yang bisa berakibat fatal bagi pasien
kemoterapi. Dia pula yang mengembangkan obat pertama yang menyerang
virus-virus HIV. Risetnya memberikan fondasi untuk AZT, obat yang selama
beberapa tahun adalah obat satu-satunya yang disetujui Federal Drug
Administration (lembaga administrasi obat-obatan AS) untuk mengatasi
pasien-pasien AIDS.
Yang lebih penting lagi selain menemukan
obat-obat ini, Elion membantu cara baru penemuan obat-obatan. Ketimbang
memakai metode uji coba (trial and error), dia dan
kolaboratornya George Hitchings mempelajari perbedaan-perbedaan yang
sangat susah dideteksi antara bagaimana sel-sel normal dan sel-sel
abnormal bereproduksi. Dengan cara ini, mereka mengembangkan obat-obatan
yang bisa menginterupsi siklus kehidupan sel-sel abnormal tanpa merusak
sel-sel yang normal.
Masa mudanya, Trudy seorang gadis pemalu dan
kutu buku yang memiliki rasa keingintahuan yang amat besar terhadap
ilmu pengetahuan. “Tidak peduli apakah itu sejarah, bahasa, atau sains.
Saya menyerap semuanya.” Idola-idola dia antara lain Louis Pasteur dan
Marie Curie - “orang-orang yang menemukan sesuatu” - dan dia juga senang
melahap buku-buku sains popular seperti Microbe Hunters karangan Paul de Kruif.
Trudy
kuliah di Hunter College, kala itu sekolah khusus wanita bagian dari
perguruan tinggi City College of New York. Kompetisi untuk masuk sangat
besar, tapi beruntung nilai-nilainya sangat tinggi. Untungnya lagi, dia
tidak perlu membayar sepeser pun. Lulus tahun 1937, Trudy Elion
mendaftar ke 15 program pasca sarjana tetapi tidak mendapatkannya satu
pun. Kelak di kemudian hari, dia sadar bahwa dia mengalami
pendiskriminasian karena dia seorang wanita.
Karena tidak dapat
melanjutkan pendidikannya, Trudy bekerja serabutan dan apa adanya.
Setelah mengambil kursus sekretaris selama 6 minggu, dia sempat bekerja
mengajar biokimia ke para calon perawat selama tiga bulan. Dia juga
pernah bekerja di laboratorium seorang kimiawan secara gratis untuk
belajar. Dengan uang hasil kerjanya, Trudy berhasil menyisihkan biaya
satu tahun kuliah S2 di New York University. Untuk membiayai hidup, dia
bekerja sebagai resepsionis di klinik seorang dokter. Sempat pula dia
bekerja sebagai tenaga pengajar pengganti di sekolah-sekolah menengah
umum di kota New York. Malam hari dan akhir pekan, waktunya dihabiskan
untuk menyelesaikan pendidikan lanjutannya.
Melalui kenalan
bapaknya, akhirnya Trudy mendapat kesempatan melamar kerja di perusahaan
farmasi Burroughs Wellcome (BW). George Hitchings, kimiawan yang
mewawancarai dan menerima Trudy, di kemudian hari menjadi pembimbingnya
dan salah satu orang-orang terdekat Trudy.
Sebagai seorang ahli
asam nukleat (nucleic acid) lulusan Universitas Harvard, Hitchings tidak
menyukai cara tradisional (trial-error) untuk menemukan obat. Dia
menginginkan suatu pendekatan rasional yang berbasiskan pengetahuan akan
pertumbuhan sel-sel. Semua sel-sel memerlukan asam nukleat untuk
berkembang biak, tetapi sel-sel bakteri, tumor dan protozoa memerlukan
jumlah yang banyak untuk menunjang perkembangan mereka yang cepat.
Hitchings menghipotesis, sel-sel ganas ini berarti sangat rawan terhadap
ganguan pada siklus hidup mereka.
Di tahun 1950, setelah lebih
kurang 6 tahun bekerja di BW, Trudy berhasil mensintesis dua obat
kanker. Yang pertama adalah senyawa purine yang menghalang
pembentukan sel-sel leukemia. Ketika diuji coba pada hewan, obat ini
bekerja dengan sangat cemerlang. Rumah sakit Sloan-Kettering Memorial
mencobanya kepada dua pasien leukemia. Salah satunya adalah seorang
wanita bernama J.B. Selama 2 tahun J.B. menunjukkan kondisi yang membaik
sehingga para dokter menyetop pemberian obat. Dia bahkan menikah dan
melahirkan seorang anak. Tetapi kemudian penyakitnya kambuh lagi dan
meninggal dunia.
Peristiwa ini memberikan dampak emosional
terhadap Trudy. “Kami melihat keringanan penyakit yang memberikan rasa
suka cita, tapi kemudian penyakitnya kambuh lagi.” Hal ini memacu Trudy
untuk mempelajari biokimia senyawa tersebut untuk lebih mengerti cara
kerjanya. Pada akhirnya dia berhasil membuat dan menguji coba lebih dari
100 senyawa purine. Salah satunya, adalah senyawa 6-mercaptopurine (6-
MP), di mana dia menggantikan atom oksigen dengan atom sulfur.
Uji
coba obat ini pada tikus-tikus yang memiliki tumor menunjukkan hasil
yang baik. Bukan saja tumor-tumor tersebut tidak bertumbuh, tetapi juga
tikus-tikus ini bisa hidup dua kali lebih lama dibanding tikus-tikus
lain yang tidak disembuhkan dengan 6-MP. Ketika obat ini diketahui dapat
menyembukan pasien leukemia, FDA langsung memberikan ijin untuk
mengkomersialkannya dengan nama Purinethol.
Dengan sendirinya,
6-MP tidak dapat menyembuhkan leukemia. Tetapi kombinasi obat ini dengan
terapi kanker lainnya, termasuk pemberian thioguanine (senyawa yang
Trudy juga sintesis) dan beberapa obat lainnya dapat membuat pengidap
penyakit ini mengalami pembaikan. Setelah itu, selama beberapa tahun
terapi sekitar 80% pasien dapat tersembuhkan.
Melihat para pasien
leukemia yang membaik karena obat temuannya, terutama anak-anak, Elion
berujar, “Kebahagiaan apa lagi yang lebih indah selain melihat hasil
kerja Anda memiliki efek yang besar terhadap hidup orang-orang? Kami
mendapat surat-surat dari berbagai orang, dari anak-anak pengidap
penyakit leukemia. Anda tidak dapat mengalahkan perasaan yang didapatkan
dari anak-anak itu.”
“Ini seperti menjadi dokter secara tidak
langsung, Anda melakukan sesuatu terhadap orang-orang itu.” Trudy
menjelaskan lebih lanjut. “Yang menjadi penengah itu para dokter, tapi
perasaan gembira itu saya yang lebih merasakan karena saya tahu saya
memberikan alatnya. Jadi ketika ada hadiah Nobel, semua orang
menanyakan, ‘Bagaimana perasaan Anda menerima hadiah Nobel?’ Dan saya
katakan, ‘Sangat senang, tetapi ini bukan berarti segalanya.’ Saya tidak
mengecilkan nilai hadiah tersebut. Hadiah Nobel telah berlaku banyak
untuk saya, tapi kalaupun tidak menerimanya, tidak akan ada bedanya bagi
saya.” Upah hasil kerja kerasnya adalah menyembuhkan pasien-pasien.
Diterjemahkan dan disadur dari:
“Gertrude B. Elion”, Nobel Prize Women in Science oleh Sharon B. McGrayne
0 komentar:
Posting Komentar