Sabtu, 27 Oktober 2012

Gertrude B. Elion: Biokimiawati penemu obat penyembuh leukemia


Di dalam kantornya yang kecil dan sedikit berantakan, ada beberapa map yang Gertrude Belle Elion simpan dengan baik. Di dalamnya ada surat-surat berisikan cerita-cerita yang menyentuh hati:
Yth. Doktor Elion:
Terima kasih! Berkat kerja keras Anda, dedikasi Anda yang sangat tinggi, obat penyembuh penyakit reticulum cell sarcoma anak saya berhasil ditemukan ketika dia berumur 15 tahun. Setelah menjalani operasi cobaan yang menemukan tumor besar di dalam dan di luar perutnya dan juga di kandung kencing serta tumor-tumor kecil lainnya di sekitar perut, dia diramalkan akan meninggal. Tumor-tumornya tidak pernah diambil dengan cara operasi, tapi ia menjalani terapi 6-mercaptopurine dan prednisone dengan radiasi yang banyak. Sekarang, 17 tahun kemudian, dia sudah bahagia menikah dan menjadi seorang kimiawan. Saya selalu menanyakan ke Yang Maha Kuasa untuk memberikan bimbingan dan inspirasi kepada para periset dalam kerja mereka. Sekarang saya tahu untuk siapa saya berdoa.
Dengan tulus,
Ibunya Jim
Yth Ibu Elion:
Ketika sedang membaca artikel mengenai hadiah Nobel Anda, saya diliputi perasaan takjub bukan main. Anak lelaki kecil saya dua tahun lalu didiagnosis mengidap penyakit lymphocytic leukemia. Sejak saat itu, dia meminum dua pil 6-mercaptopurine setiap malam. Di lingkungan keluarga kami, obat tersebut dikenal dengan nama 6-MP. Kami sudah lama bertanya-tanya siapa yang menemukan obat ini. Sekarang kami tahu. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga atas kontribusi Anda yang telah membantu menyelamatkan satu nyawa manusia yang sangat dekat dengan saya. Untuk itu, izinkan saya menyampaikan ungkapan rasa syukur paling mendalam dan yang paling tulus, terima kasih!
Rabbi P.
Gertrude Elion - Trudy seperti yang dipanggil oleh kawan-kawannya - menyimpan surat-surat seperti ini karena isinya sangat menggembirakan hatinya. Untuk Trudy Elion, biokimia bukanlah ilmu pengetahuan abstrak. Tekadnya untuk menyembuhkan penyakit selalu mendapat inspirasi dari orang-orang biasa. Menemukan obat-obat bukan hanya merupakan karir bagi Trudy Elion, tapi merupakan misinya di dalam hidup.
Elion adalah figur yang unik di riset obat-obatan. Dia adalah salah satu ilmuwan di industri dan salah satu penerima hadiah Nobel di bidang sains yang tidak memiliki gelar S3. Risetnya merevolusi ilmu kedokteran dan cara pembuatan obat. Dia berhasil membuat transplantasi organ berhasil. Obat-obatnya membantu mentransformasi penyakit leukemia pada anak kecil dari suatu penyakit yang fatal menjadi penyakit yang 80% pengidapnya sembuh. Dia juga mengembangkan obat untuk herpes dan nyeri sendi, yang bisa berakibat fatal bagi pasien kemoterapi. Dia pula yang mengembangkan obat pertama yang menyerang virus-virus HIV. Risetnya memberikan fondasi untuk AZT, obat yang selama beberapa tahun adalah obat satu-satunya yang disetujui Federal Drug Administration (lembaga administrasi obat-obatan AS) untuk mengatasi pasien-pasien AIDS.
Yang lebih penting lagi selain menemukan obat-obat ini, Elion membantu cara baru penemuan obat-obatan. Ketimbang memakai metode uji coba (trial and error), dia dan kolaboratornya George Hitchings mempelajari perbedaan-perbedaan yang sangat susah dideteksi antara bagaimana sel-sel normal dan sel-sel abnormal bereproduksi. Dengan cara ini, mereka mengembangkan obat-obatan yang bisa menginterupsi siklus kehidupan sel-sel abnormal tanpa merusak sel-sel yang normal.
Masa mudanya, Trudy seorang gadis pemalu dan kutu buku yang memiliki rasa keingintahuan yang amat besar terhadap ilmu pengetahuan. “Tidak peduli apakah itu sejarah, bahasa, atau sains. Saya menyerap semuanya.” Idola-idola dia antara lain Louis Pasteur dan Marie Curie - “orang-orang yang menemukan sesuatu” - dan dia juga senang melahap buku-buku sains popular seperti Microbe Hunters karangan Paul de Kruif.
Trudy kuliah di Hunter College, kala itu sekolah khusus wanita bagian dari perguruan tinggi City College of New York. Kompetisi untuk masuk sangat besar, tapi beruntung nilai-nilainya sangat tinggi. Untungnya lagi, dia tidak perlu membayar sepeser pun. Lulus tahun 1937, Trudy Elion mendaftar ke 15 program pasca sarjana tetapi tidak mendapatkannya satu pun. Kelak di kemudian hari, dia sadar bahwa dia mengalami pendiskriminasian karena dia seorang wanita.
Karena tidak dapat melanjutkan pendidikannya, Trudy bekerja serabutan dan apa adanya. Setelah mengambil kursus sekretaris selama 6 minggu, dia sempat bekerja mengajar biokimia ke para calon perawat selama tiga bulan. Dia juga pernah bekerja di laboratorium seorang kimiawan secara gratis untuk belajar. Dengan uang hasil kerjanya, Trudy berhasil menyisihkan biaya satu tahun kuliah S2 di New York University. Untuk membiayai hidup, dia bekerja sebagai resepsionis di klinik seorang dokter. Sempat pula dia bekerja sebagai tenaga pengajar pengganti di sekolah-sekolah menengah umum di kota New York. Malam hari dan akhir pekan, waktunya dihabiskan untuk menyelesaikan pendidikan lanjutannya.
Melalui kenalan bapaknya, akhirnya Trudy mendapat kesempatan melamar kerja di perusahaan farmasi Burroughs Wellcome (BW). George Hitchings, kimiawan yang mewawancarai dan menerima Trudy, di kemudian hari menjadi pembimbingnya dan salah satu orang-orang terdekat Trudy.
Sebagai seorang ahli asam nukleat (nucleic acid) lulusan Universitas Harvard, Hitchings tidak menyukai cara tradisional (trial-error) untuk menemukan obat. Dia menginginkan suatu pendekatan rasional yang berbasiskan pengetahuan akan pertumbuhan sel-sel. Semua sel-sel memerlukan asam nukleat untuk berkembang biak, tetapi sel-sel bakteri, tumor dan protozoa memerlukan jumlah yang banyak untuk menunjang perkembangan mereka yang cepat. Hitchings menghipotesis, sel-sel ganas ini berarti sangat rawan terhadap ganguan pada siklus hidup mereka.
Di tahun 1950, setelah lebih kurang 6 tahun bekerja di BW, Trudy berhasil mensintesis dua obat kanker. Yang pertama adalah senyawa purine yang menghalang pembentukan sel-sel leukemia. Ketika diuji coba pada hewan, obat ini bekerja dengan sangat cemerlang. Rumah sakit Sloan-Kettering Memorial mencobanya kepada dua pasien leukemia. Salah satunya adalah seorang wanita bernama J.B. Selama 2 tahun J.B. menunjukkan kondisi yang membaik sehingga para dokter menyetop pemberian obat. Dia bahkan menikah dan melahirkan seorang anak. Tetapi kemudian penyakitnya kambuh lagi dan meninggal dunia.
Peristiwa ini memberikan dampak emosional terhadap Trudy. “Kami melihat keringanan penyakit yang memberikan rasa suka cita, tapi kemudian penyakitnya kambuh lagi.” Hal ini memacu Trudy untuk mempelajari biokimia senyawa tersebut untuk lebih mengerti cara kerjanya. Pada akhirnya dia berhasil membuat dan menguji coba lebih dari 100 senyawa purine. Salah satunya, adalah senyawa 6-mercaptopurine (6- MP), di mana dia menggantikan atom oksigen dengan atom sulfur.
Uji coba obat ini pada tikus-tikus yang memiliki tumor menunjukkan hasil yang baik. Bukan saja tumor-tumor tersebut tidak bertumbuh, tetapi juga tikus-tikus ini bisa hidup dua kali lebih lama dibanding tikus-tikus lain yang tidak disembuhkan dengan 6-MP. Ketika obat ini diketahui dapat menyembukan pasien leukemia, FDA langsung memberikan ijin untuk mengkomersialkannya dengan nama Purinethol.
Dengan sendirinya, 6-MP tidak dapat menyembuhkan leukemia. Tetapi kombinasi obat ini dengan terapi kanker lainnya, termasuk pemberian thioguanine (senyawa yang Trudy juga sintesis) dan beberapa obat lainnya dapat membuat pengidap penyakit ini mengalami pembaikan. Setelah itu, selama beberapa tahun terapi sekitar 80% pasien dapat tersembuhkan.
Melihat para pasien leukemia yang membaik karena obat temuannya, terutama anak-anak, Elion berujar, “Kebahagiaan apa lagi yang lebih indah selain melihat hasil kerja Anda memiliki efek yang besar terhadap hidup orang-orang? Kami mendapat surat-surat dari berbagai orang, dari anak-anak pengidap penyakit leukemia. Anda tidak dapat mengalahkan perasaan yang didapatkan dari anak-anak itu.”
“Ini seperti menjadi dokter secara tidak langsung, Anda melakukan sesuatu terhadap orang-orang itu.” Trudy menjelaskan lebih lanjut. “Yang menjadi penengah itu para dokter, tapi perasaan gembira itu saya yang lebih merasakan karena saya tahu saya memberikan alatnya. Jadi ketika ada hadiah Nobel, semua orang menanyakan, ‘Bagaimana perasaan Anda menerima hadiah Nobel?’ Dan saya katakan, ‘Sangat senang, tetapi ini bukan berarti segalanya.’ Saya tidak mengecilkan nilai hadiah tersebut. Hadiah Nobel telah berlaku banyak untuk saya, tapi kalaupun tidak menerimanya, tidak akan ada bedanya bagi saya.” Upah hasil kerja kerasnya adalah menyembuhkan pasien-pasien.
Diterjemahkan dan disadur dari:
“Gertrude B. Elion”, Nobel Prize Women in Science oleh Sharon B. McGrayne

0 komentar:

Posting Komentar